Risiko Mobil Baru Dipaksa Tenggak Premium

Pembatasan Bahan Bakar Minyak (BBM) Bersubsidi
Sumber :
  • VIVAnews/ Muhamad Solihin
VIVAnews
Kalahkan 11 Negara, Siswa Indonesia Sabet Emas Kompetisi Matematika Internasional di Australia
- Pemerintah berencana menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dalam waktu dekat. Dengan begitu diharapkan para pemilik kendaraan bermotor khususnya mobil bisa beralih ke Pertamax.

Cari Titik Lemah Demokrasi RI, Cak Imin Masih Ingin Hak Angket Digulirkan

Selama ini banyak pemilik mobil memilih untuk mengisi kendaraan mereka dengan BBM subsidi, lantaran harganya lebih murah. Padahal, mobil keluaran baru sudah tidak dianjurkan lagi menggunakan premium.
Yakin Sudah Dipikirkan Prabowo, PAN Tak Khawatir jika Ada Partai Lain Gabung Koalisi


Produsen mobil di Indonesia diketahui sudah memulai mengharuskan konsumen untuk menggunakan bahan bakar non subsidi (Pertamax) pada produk-produk terbarunya.


Dianjurkannya menggunakan Pertamax sangatlah beralasan, Sebab, jika bahan bakar yang digunakan memiliki oktan rendah secara otomatis akan mengurangi kemampuan dari mesin.


Menurut Kepala Bengkel Plaza Toyota, Parman Suanda, oktan di BBM adalah angka yang menunjukkan berapa besar tekanan maksimum yang bisa diberikan di dalam mesin, sebelum bensin terbakar secara spontan.


Di dalam mesin, campuran bensin dan udara (berbentuk gas) bisa terbakar sendiri secara spontan sebelum terkena percikan api dari busi.


Jadi, kata dia, semakin kecil angka oktannya, semakin lama bensin itu terbakar spontan. Pembakaran yang tidak spontan ini yang menimbulkan gejala ngelitik atau
knocking
di dalam mesin.


Begitu sebaliknya, jika nilai oktan semakin tinggi pembakaran akan bisa lebih sempurna. Karena bahan bakar bisa dimampatkan hingga tekanan paling tinggi sebelum diledakkan api dari busi.


Ia menambahkan, jika penggunaan kadar oktan tidak sesuai dilakukan terus menerus maka dapat menyebabkan piston menjadi bolong karena mesin selalu menghadapi masalah
knocking
setiap kali mesin mobil bekerja. Terlebih ketika mobil dipaksa berakselerasi untuk mendahului kendaraan lain, dan sering digunakan untuk penjalanan jarak jauh.


Biasanya efek buruk itu akan terlihat dalam jangka panjang. Mulai dari tenaga kurang, terbentuknya kerak di ruang bakar, hingga kerusakan di bagian katup. (eh)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya