Beralih ke Mobil Hybrid, Untung atau Buntung?

Toyota Prius generasi ketiga
Sumber :
  • VIVAnews/Hadi Suprapto

VIVAnews - Seiring meningkatnya harga bahan bakar minyak dunia. Pemerintah terus berupaya menekan konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi. Salah satunya dengan memberikan insentif pada mobil hybrid.

Tentu ini sangat beralasan, pasalnya mobil dengan gabungan mesin bensin dan listrik memiliki efisiensi bahan bakar tinggi, namun dari segi harga masih sangat mahal. Keberadaan mobil hybrid di tanah air bisa dibilang sangat langka, berbeda dengan negara-negara lainnya yakni Jepang dan Malaysia, yang sudah lebih dulu memasuki era mobil hybrid.

Sinyal pemerintah untuk memberikan insetif langsung mendapatkan respon positif di kalangan pelaku industri otomotif nasional. Dari semua pabrikan mobil yang  ada, Toyota dinilai paling siap untuk memulai era mobil hybrid. Sebab, mobil Hybrid andalannya, Prius sudah mulai dipasarkan di Indonesia sejak 2009 lalu.

Prius yang menjadi mobil hybrid paling populer di dunia sudah masuk generasi ketiga. Kehebatan mobil ini cukup mumpuni dari segi bahan bakar, kenyamanan, dan performa mesin. Baca ulasan lengkapnya di sini.

Meski mobil hybrid belum populer di Indonesia, ada banyak keuntungan yang didapat ketika menggunakan mobil tersebut?

Pertama, sudah pasti dari segi konsumsi bahan bakar. Teknologi mobil hybrid menggabungkan dua buah tenaga dari motor listrik dan mesin bensin yang menggunakan sistem mesin seri serta paralel. Sistem ini mampu secara konstan mengatur rasio tenaga motor bensin atau listrik ke roda, dan mobil dapat digerakkan hanya dengan motor listrik.

Dengan penggabungan seri dan paralel, sistem mesin hybrid menggunakan baterai Ni-MH 201,6 Volt, yang dapat di-charge selama 1,5 jam dengan daya listrik 240 VAC.

Sistem kerja mesin hybrid adalah mesin akan mati saat mobil berhenti, dan akan hidup bila dijalankan dengan menyedot tenaga dari baterai. Akibatnya, asupan bensin sangat irit.

Saat melakukan deselarasi (pengereman), energi tersebut digunakan untuk pengisian baterai, sehingga penggunaan teknologi hybrid dapat berjalan dengan baik, efisien energi, dan ramah lingkungan dengan emisi rendah.

Rata-rata konsumsi mobil hybrid seperti Prius Gen-3 bisa mencapai 22 km/liter. Sedangkan akselerasi dari diam sampai 100 km/jam membutuhkan waktu sekitar 14 detik. Adapun produksi CO2 hanya 89 g/km. Tentu ini sebuah keuntungan berlipat bagi konsumen dan lingkungan.

Dari segi desain model, mobil hybrid juga tak kalah menawan dengan mobil bensin. Bentuk yang futuristik dan aerodinamis menjadi nilai lebih tersendiri dan yang pasti mampu membetot perhatian orang lain.

Begitu pula dari segi fitur, seperti mode pengemudian, yaitu Eco, EV, dan Power Mode. Pilihan mode itu dapat memudahkan kebutuhan pengemudi ketika ingin mendapatkan performa tinggi, irit bahan bakar, dan pengendaraan menggunakan baterai. Fitur seperti ini sudah diadopsi oleh Prius.

Dari segi perawatan, hybrid sebenarnya sama dengan mobil-mobil pada umumnya. Biaya yang dikeluarkan pun sebenarnya sama. Sebagai contoh, ketika Corolla Altis 1.8L harus diservis di 10.000 km, 20.000 km dan 30.000 km, paling tidak membutuhkan dana sekitar Rp456.400 untuk pembelian suku cadang fast moving.

Dan mobil Hybrid Toyota pun juga berada di angka itu. Bahkan, ketika service rutin mobil itu sudah digunakan sampai 40.000 km, Prius tergolong lebih irit dari Corolla Altis 1.8L. Bila dalam kondisi itu Corolla Altis 1.8L butuh Rp894.200, Prius membutuhkan dana yang lebih sedikit yakni hanya sekitar Rp812.800.

Namun dari segudang keunggulan yang dimiliki mobil hybrid, harga banderol yang sangat mahal masih menjadi kendala utama konsumen di Tanah Air untuk bisa memiliki mobil tersebut. Sekedar diketahui, Prius generasi ketiga dibanderol Rp599 juta.

Jika insentif pemerintah terhadap mobil hybrid terealisasi, tak ayal keberadaan mobil irit dan ramah lingkungan menjadi hal yang lumrah, dan tidak lagi langka. (adi)

Sopir Bus yang Ajak Makan 30 Penumpang di Rumah Mertuanya saat Lebaran dapat Rp100 Juta
Ilustrasi/Korban pembunuhan

Ada Luka di Dada hingga Leher pada Wanita yang Ditemukan Tewas di Dermaga Pulau Pari

Luka di leher waniita tersebut kemungkinan besar lantaran cekikan.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024